Wednesday, January 16, 2008

semenjak hari itu


ah...keluh hatiku makin terasa sesak...untung sejak malam pertemuan itu ada teman yang selalu menemaniku dan memberikan ku dorongan. Allahu yaa Robbi...wajah yang selama ini aku selalu reka-reka akhirnya dapat aku lihat dengan jelas. manusia yang selalu aku kirimkan pesan aku sayang bahkan merindukannya sudah berada di depan mataku. sekali senyum itu terlihat sangat manis dan candanya membuat gemuruh jiwaku semakin merindukannya saat bayangan jiwanya nampak. segeliat rasa yang ku rasakan saat berada didekatnya malam itu. namun tiba-tiba kebiasaan buruk ku kambuh lagi, kebiasaan yang dapat membaca aura orang lain. ternyata malam itu aku bisa menangkap aura dia tentang ku.... hanya satu yang diiginkannya tapi sayang itu adalah kekuranganku yang tak akan pernah berubah... "man...aku bukan manusia yang sempurna".
Kuakui, rasa sayangku menjadikannya seorang teman membuatku terhanyut oleh keadaan. dan terus terang baru kali ini aku merasakan perasaan itu pada orang yang seumuran dengan ku....
sekarang..perasaan itu terkubur dalam hatiku...aku hanya bisa membiarkannya dan moga bisa menghilang. biarkan pula dia tidak mengetahui seberapa besar penting dirinya untukku

Saturday, January 05, 2008

Ketika Hati Bertanya Pada Cinta

21 desember ‘07

Perlahan jemariku menyusuri setiap huruf, kata dan kalimat tergores diatas kertas ini. Banyak jalan kutempuh untuk kembalikan kepercayaanku bahwa cinta itu ada. Yang selama ini aku rasakan hanya sebuah pergolakan perasaan yang menginginkan untuk menyadari kebencian pada semua yang telah menyakitiku dan menaklukkan semua kesucian yang terpendam pada setiap insan yang ingin mengetahui apa yang ada dibalik pakaianku. Sungguh tak ada bedanya bila mereka satu persatu telah berada pada keangkuhan batinku bahwa aku dapat memberitahukan pada kehidupan sebagaimana sakitnya takdir yang ia tuliskan untukku…

Dikeramangan malam ini pula aku sendir tak dapat membendung semua rasa yang kumiliki untuk seseorang. Bahwasanya dibalik kebencian dan keangkuhanku pada kehidupan ternyata cinta masih terselip dibagian-bagian hatiku yang telah hancur dan bahkan telah hilang…kadang pula sebenarnya aku mencari arti sesuatu yang aku cari itu dan kadang pula aku hanya membuangnya seperti pembungkus cemilan-cemilan yang didalam kamarku, setelah kunikmati…semuanya hanya sepenggal rasa sesaat saja

***

Sepenggal kisah yang aku lewatkan pagi itu…

“Nak, kapan kuliahmu kelar?”pertanyaan papa mengagetkan aku pada rutinitasku didapur menyiapkan sarapan buat keluarga yang sedang ngumpul.

“InsyaAllah tahun depan pa…doa kan saja semua urusanku lancar”

Mendengar jawabanku atas pertanyaan papa, beliaupun berlalu dengan kebisuannya walaupun aku pun tahu seberapa besar kekecewaannya padaku.

Beberpa tahun yang lalu mama meninggalkan kami dengan ketidaksiapan. Banyak kejadian yang terjadi terhadapku dan terhadap keluargaku sepeninggal beliau. Kadang aku merasa keikhlasanku melepas Almarhumah pergi begitu egois, hanya ingin menampakkan ketegaranku pada keluarga. Selanjutnya aku membiarkan papa untuk menikah lagi, walaupun pengganti mama itu baik tapi kasih sayangnya beda bahkan sangat-sangat jauh berbeda. Saat itu aku masih punya seorang adik yang kecil yang masih duduk di bangku SD. Aku tahu mungkin apa yang adikku rasakan itu adalah suatu ketidak adilan tapi setidaknya aku berusaha memberikannya kasih sayang yang tidak di dapatkan dari almarhumah mama. Kuanggap pernikahan papa cukuplah sementara dalam keluarga. Karna aku masih ingin melihat saudara-saudaraku berkumpul dan saling membagi perasaan, tenyata tidak. Kakak kedua ku mengekehkan diri untuk menikah. Walau dalam keluarga ada sedikit saling ketidak setujuan tapi tetap saja aku dan keluarga mendampinginya dalam kebahagian tersebut untuk mendapatkan tulang rusuknya. Suasana dikeluargaku lebih jauh perbedaannya dengan yang dulu. Banyak kekecewaan yang ada dalamnya dan air mata yang mesti aku tetes kan untuk segalanya. Bahkan aku rasakan aku lebih akrab dengan orang lain di banding dengan keluarga sendiri bahkan saudara kandungku sendiri.

***

Malam ini aku merasakan lagi sesorang ingin berlalu dalam hari-hariku dan meninggalkan aku dalam kesendirian.

“aku bukan teman sejati buatmu, maafkan aku melupakan pertemanan ini. Aku hanya takut dosa terhadap dirimu. Aku hanya manusia yang masih bingung dengan pencarian jati diri” itulah isi sms yang aku terima dari seseorang pada pukul 23.00 malam. Entah perasaan sedih, kecewa, sakit yang tercampur dari kepura-puraanku untuk tegar. Bahwa aku tak bisa memaksakan semua itu…

Waktu memberikan aku sebuah perenungan yang sangat panjang dan mengulang-ulang membaca isi pesan tersebut.

“benarkah saling melupakan itu yang kauinginkan?”lirihku pedih dalam hati. Entah apa yang membuatku sakit bahkan aku mereka-reka sendiri dalam benakku, mungkinkah benih cinta yang aku kubur dalam-dalam itu mulai bertunas ataukah hanya egoku untuk menaklukkan hati setiap manusia dalam kemayaanku…..?!!!!!. semakin aku membaca isi pesan itu, semakin pula hatiku bertanya pada cinta

“ apa yag kau sembunyikan?”

namun jawaban itu tak pernah kudapatkan bahkan hanya bisa membuat hatiku perih…

***

“Aku tidak akan memaksakan sesuatu!!! jika yang kau minta untuk saling melupakan, aku akan menuruti kemauanmu karna aku tau kamu akan menghilang. Berteman itu tak selamanya abadi, mengenal tak selamanya bersama dan manusia sebenarnya pun tak ada yang sempurna dalam hal apapun. Jangan pernah merasa bersalah dalam hal ini...aku bisa ngerti...” Sending......Pesan tersebut terkirim padanya. Namun sesaat kemudian aku kembali mengirimkannya pesan ” oh yah ampir lupa....sebuah anugrah buatku bisa mengenalmu, walaupun waktu kita sependek dan semaya ini tapi buatku banyak senyum yang aku dapati darimu. Nice day everytime to you...bye” terakhiri pesan tersebut

”kisah yang kumulai kemarin, kuakhiri dengan cepatnya malam ini” kesahku seiring dengan helaan nafas panjang. Jauh layang ingatanku kembali pada bang lutfhi. Dia memberikanku keceriaan, senyum bahkan mengenalkan aku pada kemanjaan. Namun tiba-tiba meninggalkanku dan membiarkan aku dalam kehancuran hidup... saat itu aku ingin bersandar dan berada pada pelukan serta kasih sayang sesosok mama namun sayang tak dapat kurasakan lagi. Ingin berbagi dengan yang lain tapi tetap saja sama, tak ada yang mengerti dan peduli dan akhirnya aku mencari jalan sendiri. Menapaki dunia nyata dan maya yang keduanya menghubungkan aku pada kehancuran. Tubuhku masih tegar menjalai kehidupan yang telah di takdirkan untukku, tapi jiwaku telah hilang sehingga luka-luka yang hanya bisa membuat darah yang mengalir dari sekucur tubuhku membeku.

Hatiku kembali bertanya pada cinta

”sekarang mungkinkah aku mempercayai keberadaanmu lagi? Seberapa lama engkau akan menjadi kebencian dalam diriku yang tak bisa menyatukan aku dalam kepingan-kepingan itu ?!!!...”

Tagisanku tak dapat membahana disetiap sudut ruangan namun terpendam dan menjadikan benci terhadap cinta dalam hati.

”Slamat tinggal” hatiku membisikkan kata itu pada Cinta.....