Thursday, October 05, 2006

Harus kah aku menangisinya
(...) = mas,sekarang ada di mana?
(....)= tempat kerja....
suara itu terdengar sangat indah di telingaku,membahagiakan hati yang slama ini terluka, sahur yang berberkah...
Mas ku... mempunyai sifat yang sangat gampang marah, kadang kemarahannya membuatku merasa takut.sebelum memasuki Romadhan aku sempat bertengkar denagnnya lewat sms. Dapat kurasakan amarah yang dia berikan padaku saat mengatakan "ya sudah, sekarang mas tidak akan nanyakan kabarmu lagi, dah makan atau belum dan semuanya karna menurutmu itu bukan sebuah perhatian dari mas ". Terasa sulit bagiku melalui hari-hariku tanpa mendengar suaranya. aku semakin kebingungan saat sms dan callingku tak pernah di balas bahkan pernah sekali mematikan phonennya selama berhari-hari. Aku berusaha untuk menghubunginya setiap waktu namun hasilnya tetap sama...
Selamadua pekan kemarahannya itu terasa tak reda, sms ku tak pernah di balas dan calling ku selalu di tutup. Akupun tak tahu seberapa pentingnya dirinya untukku tapi yang aku tahu setiap malam diujung tidurku saat kenangku mengingatnya, embun selalu mengikuti mataku yang ingin terlelap dan menjadikan tangis yang sangat pering....
Hari-hari itu aku lalui dan setiap malam keadaan itu berulang. Suatu malam aku terbangun di sepertiga malam, melaksanakan rutinitas ibadah, ntah mengapa di saat hati ini bener-benar merasa sejuk terlintas kata dalam benakku..." buat apa menangis, buat apa aku merasa terluka, semestinya aku memperbanyak doa untuk orang-orang yang kucintai..aku mesti belajar melepas yang bukan milikku" .... terasa kata-kata itu meredakan tangisku yang pilu.Semenjak hari itu, aku tak pernah menangisinya lagi. Mas ku selalu ada dalam hatiku, hangat memelukku dalam keikhlasan jiwanya, tak pernah membiarkanku dalam tangis yang tak teredam bahkan selalu bersamaku dimana pun aku berada. Walaupun mas ku hanya dalam hati yang maya tapi tetap menjadi penyokong jiwaku yang terhempas.

"Nikmat manakah dariNya yang kau ragukan"

Dibalik kemarahannya dia telah mengembalikan aku pada hikmah yang sangat indah

"jangan pernah menangisi yang bukan hakmu"

itulah kalimatnya yang masih melekat dalam ingatanku, jadi....

"haruskah aku menangisinya?"


Uhibbuka.......mas....